Your Smiling Face (Edit Version)

Julio adalah seorang atlet basket di sekolah. Aku dan Julio adalah sahabat akrab. Orangtua kami saling mengenal baik. Jadi rasanya tidak ada yang bisa menghalangi kami berdua untuk dekat. Entah kenapa, semenjak masuk SMA ada yang berubah dengan perasaanku dan juga dengan Julio. Rasanya, aku ingin terus bersama dengan Julio. Tertawa dan melihat senyumnya.

Julio dan aku sama-sama anak tunggal. Orangtuaku masi utuh, tapi ayah Julio meninggal saat Julio masih kecil. Ayah Julio meninggal di saat beliau sedang berlayar di lautan Pasifik. Kapal ayah Julio di hantam oleh ombak laut dan sampai sekarang jenazah ayahnya belum juga ditemukan. Tetapi Julio tidak down, Julio tetap semangat dan sudah merelakan kepergian ayahnya. Sekarang, ia hanya tinggal berdua dengan ibunya.

Semenjak lulus dari SMA, Julio memutuskan untuk tinggal sendiri di kos-kosan dekat kampusnya. Julio adalah anak yang mandiri dan pejuang keras. Dia tak pernah mengeluh dengan keadaannya dan tak pernah meminta lebih pada ibunya. Itu yang membuatku kagum padanya.

Universitas yang kami masuki berbeda, tetapi hal itu tidak menghalangi kami untuk dapat bertemu setiap hari. Aku yang kuliah sambil bekerja selalu datang ke tempat kosnya Julio sepulang bekerja untuk membantunya membereskan pekerjaan rumah. Orangtuaku mengizinkanku datang ke kosan Julio kar’na dia sudah kenal akrab dengan orangtuaku, jadi orangtuaku tidak cemas lagi. Terkadang, aku menginap di kosan Julio, tapi tentu kami tidak sekamar. Julio bukanlah tipe cowok yang mata keranjang seperti kebanyakan cowok-cowok lainnya.

Julio tidak pernah mengatakan kalau dia mencintaiku, tapi dari sorot mata dan perhatiannya kepadaku, aku tahu bahwa dia benar-benar mencintaiku. Dengan melihat senyumnya, sekejap aku merasa masalah yang ada menjadi hilang.

Hampir setiap hari aku bertemu dengan Julio, dan aku melihat tidak ada yang berubah dengan fisik Julio, Julio sangat sehat dan selalu tersenyum. Hingga suatu hari di saat aku sedang berada di kosan Julio, aku melihat tubuh Julio terbaring lemas di tempat tidur.

Aku mengukur suhu badannya, dan mendapati hasil 38,7 derajat. Lalu, aku mengompresnya dan menyuruh Julio untuk beristirahat. Aku yang sedikit panik melihat keadaan Julio yang tiba-tiba sakit seperti ini memutuskan untuk menginap di kosan Julio, agar aku dapat melihat keadaannya dan membantunya agar dapat pulih kembali.

Sudah 3 hari berlalu, tetapi keadaan Julio malah semakin parah. Dengan segera aku memanggil Ibu Julio agar datang untuk menjenguk Julio. Akhirnya, Ibu Julio datang dan sempat-sempatnya Ibu Julio membawakanku oleh-oleh.

"Julio, apa yang terjadi padamu?" "Tidak apa-apa bu, hanya sakit biasa. Mungkin aku hanya kecapean." Tiba-tiba aku mendengar teriakan dari dalam kamar Julio. "Ya ampun Julio, kenapa wajahmu bisa sepucat itu? Ada yang tidak beres, kita harus ke rumah sakit sekarang!"

Aku yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan minum sangat tersentak. Yah, kenapa selama ini aku yang sangat dekat dengan Julio tidak menyadari keadaan ini? Aku mencoba melihat foto kelulusan kami, dan aku kaget. Memang benar wajah Julio yang sekarang lebih pucat daripada yang dulu. Bodoh! Aku tidak pernah menyadarinya.

Lalu, ibu Julio memanggilku dan menyuruhku untuk menelepon ambulans. Terlihat jelas bahwa ibu Julio sangat khawatir dengan keadaan Julio. Aku pun sangat khawatir dengan keadaan Julio, karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Julio. Akhirnya, ambulans datang menjemput Julio dan kami pun pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung bertindak dan memeriksa Julio. Julio dibawa ke UGD dan suster pun menyuruh aku dan ibu Julio agar menunggu di luar sampai dokter selesai memeriksa Julio. Hatiku sangat cemas menunggu hasil pemeriksaan dokter.

Setelah menunggu hampir setengah jam, dokter pun keluar dan langsung mengajak ibu Julio untuk berbicara mengenai hasil pemeriksaan Julio. Ibu Julio pergi dan menyuruhku untuk tidak melihat keadaan Julio dulu dan tetap duduk di ruang tunggu. Aku pun mengiyakan permintaan ibu Julio dan tetap duduk di ruang tunggu. Kulihat punggung badan ibu Julio dan sang Dokter dari jauh masuk ke ruang praktek dokter.

Aku menunggu dan menunggu hingga akhirnya ibu Julio keluar dari ruang praktek dokter. Aku melihat raut wajah ibu Julio menunjukkan kesedihan. “Ya Tuhan, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Julio”, ujarku dalam hati.

Lalu, ibu Julio mendatangiku dan berkata, “Nak, lebih baik kamu pulang saja dulu. Ibu tidak mau membuat kamu cemas dan capek. Orangtuamu pasti mengkhawatirkan keadaanmu, biar ibu sendirian saja yang menjaga Julio.” “Tapi, bagaimana dengan keadaan Julio? Apakah Julio baik-baik saja, bu?” “Ya nak, Julio tidak apa-apa. Ia hanya kecapekan dan butuh istirahat. Jadi kamu pulang saja dulu.” “Ibu yakin Julio tidak kenapa-kenapa?”, tanyaku lagi. “Yah, kita serahkan saja semua kepada Tuhan, semoga Julio sehat-sehat.” Entah kenapa, aku sedikit kurang percaya dengan ucapan ibu Julio, sepertinya ibu Julio menyembunyikan sesuatu dari hadapanku.

Esok harinya, aku datang ke rumah sakit setelah pulang bekerja. Aku penasaran dengan kecurigaanku semalam terhadap penjelasan ibu Julio, dan memang selama aku bekerja tadi perasaanku sangat tidak enak. Tenyata benar dugaanku, saat aku tanya kepada suster pasien yang bernama Julio, suster tersebut berkata, Julio sedang di ruang ICU dan sedang dalam keadaan kritis. Aku sangat tersentak dan segera berlari ke ruangan ICU.

Aku melihat ibu Julio berdiri di samping tempat tidur Julio dengan bergelimang air mata. Aku melihat Julio sedang terbaring tak sadarkan diri di tempat tidur dan tubuh Julio sudah dipasangi alat-alat kedokteran. Spontan, air mataku jatuh dan aku sangat terkejut melihat Julio seperti ini. Julio yang dulunya ceria, perhatian, baik dan bersemangat sekarang sedang dalam keadaan kritis. Aku takut kehilangan Julio. Aku tidak rela kehilangan Julio.

Lalu, ibu Julio memelukku dan berkata, “Maafkan ibu semalam ya, nak. Ibu tidak bermaksud membohongimu. Ibu hanya tidak tega melihat kamu sedih seperti ini, karena ibu tahu kalau kamu menyayangi Julio dan Julio juga sangat sayang kepadamu. Julio sendiri yang bilang pada ibu kalau ia sangat menyayangi kamu dan tidak ingin melihat kamu sedih. Sebenarnya, Julio terkena kanker darah atau leukemia dan sudah stadium 4. Ibu sendiri tidak percaya dengan hasil pemeriksaan dokter semalam, tapi memang begitu keadaannya. Ibu harus bisa tegar dan menerima semua ini, nak.”

Aku hanya bisa terdiam kaku mendengar penjelasan ibu Julio. Aku tidak menyangka kalau Julio harus menderita penyakit seperti ini. Padahal selama ini Julio sangat sehat, ceria, dan bersemangat. Aku hanya bisa mendoakan agar Julio sehat dan dapat pulih kembali. Aku ingin melihat Julio yang semangat lagi.

Hari demi hari kulalui dengan penuh kesedihan, dan keadaan Julio semakin lama semakin menurun. Aku dan ibu Julio setiap hari mendoakan Julio agar segera pulih dan segera menyadarkan diri. Aku juga membisikkan kata-kata penyemangat ke telinga Julio setiap hari. Aku berharap walaupun Julio tidak sadarkan diri, ia tetap bisa mendengarkan apa yang kukatakan dan Julio dapat berusaha untuk melawan penyakitnya.

Dua minggu sudah Julio tidak menyadarkan diri. Tiba-tiba, ada mukjizat yang terjadi. Ibu Julio meneleponku dan mengatakan bahwa Julio sudah sadar dari koma. Aku pun segera pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Julio sudah dapat duduk bersandar di tempat tidurnya tetapi masih dalam keadaan lesu. Aku langsung memeluknya dan berkata, “Julio, aku sangat rindu kepadamu. Aku rindu melihat semangatmu yang dulu. Aku rindu melihat senyummu.” “Aku juga rindu kepadamu, dan aku ingin mengatakan sesuatu yang selama ini kupendam dalam hatiku”, kata Julio. “Memangnya apa yang ingin kamu katakan, Julio?” “Sebenarnya, aku sayang kepadamu. Aku ingin kamu jadi pacarku. Tetapi, dengan keadaanku yang seperti ini, aku tidak yakin kamu mau menerimaku.


(Ceritanya sampai sini dulu yaaa, biar pembaca pada penasaran lagi hihihi :D *padahal emang ceritanya belum siap kubuat :p Rencana, ntar masih ada di beberapa bagian yang mau di edit dan ditambahin lagi ceritanya biar seru !!!!!!! Semoga pada suka sama ceritaku yang ini yaaaaaw :*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Craig David feat. Sting - Rise And Fall

Love Myself

people come and go (but Jesus always there beside us)