Living in a Dualistic Reality (Embracing the Good and Bad in our life)

Tidak ada manusia yang mau mengalah.
Tidak ada manusia yang tidak ingin menang.
Tidak ada manusia yang puas terhadap dirinya.
Tidak ada manusia yang tak lepas dari ego pikirannya.

Sedikit orang yang mau mengerti.
Sedikit orang yang mau saling menolong.
Sedikit orang yang benar-benar peduli terhadap sesamanya.
Sedikit orang yang mendengar suara hati nuraninya.

Contoh di atas adalah sedikit dari realita kehidupan yang kita hadapi saat ini.

Banyak lagi, tidak hanya Good and Bad.
Tapi ada juga yang hidup di antara keduanya.

Tidak hanya dualistic, tapi banyak lagi paham-paham yang bermunculan.

Itulah yang harus dihadapi..
Setiap saat, waktu, detik, musim, hari, bulan, tahun dan seterusnya..

Kedewasaan memang penting.
Tapi yang mendasari segalanya adalah akal pikiran kita dan keberadaan kita yang mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Kita mau hidup kita diubahkan.
Kita mau hidup kita diperbaharui.
Kita mau hidup kita diselamatkan.
Tapi, kita lebih sering menyengsarakan hidup kita dibandingkan meminta pertolongan kepada-Nya.

Hati dan pikiran kita sudah tertutupi dengan suara dunia.
Teriakan-teriakan ego terus kita dengar dan kita resapi.
Sehingga kita sudah menghipnosis diri kita dengan kesenangan dunia saja.

Itu karena, kita berusaha menggapai apa yang terlihat dan nyata didepan kita.

Kita tak lagi mencari yang namanya keselamatan.

Karena keselamatan yang dari Tuhan tak terlihat wujudnya, sehingga keinginan kita untuk meminta keselamatan pun telah pudar. Bahkan, tak terlihat sedikit pun niat dan kerinduan kita untuk memohon keselamatan yang daripada-Nya.

Selama ini, kita meminta keselamatan pada jalan yang salah.
Dunia tidak menyelamatkan kita, tetapi malah membuat kita hanya diam di tempat, tidak berbuat apa-apa.
Kita hanya diberikan kenikmatan sementara dan semu oleh dunia.

Padahal, sudah jelas dan nyata, bahwasanya Tuhan senantiasa memberikan pertolongan dan keselamatannya,
kapanpun kita datang kepada-Nya.
Apapun masalah dan keluh kesah kita..

Bahkan Ia telah mengutus anak-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita.
Ia telah rela mati di kayu salib, untuk menyelamatkan kita, ciptaan-Nya yang segambar dengan-Nya, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, tetapi beroleh hidup yang kekal..

Jadi, mau sampai kapan kita hidup dengan ego kita?
Mau sampai kapan kita hidup dengan mengandalkan dunia?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik Lagu Craig David feat. Sting - Rise And Fall

Love Myself

people come and go (but Jesus always there beside us)